Senin, 26 Desember 2011

Mengajar dengan hati

Seni dalam mengajar tidak hanya membuat siswa paham dengan apa yang kita sampaikan tapi yang terpenting bisa merubah perilaku siswa menuju lebih baik. Oleh karena itu mengajar perlu memakai hati agar sampai ke hati para siswa sehingga siswa berubah dari hati bukan paksaan.
Sebuah pengalaman ketika melaksanakan pengajaran, seorang siswa yang terkenal sering terlambat, hobi bolos selalu membuat ulah dikelas padahal dia sudah kelas 12. Suatu ketika nilainya tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal(kkm), akhirnya saya memberi remidial. Siswa tersebut diminta membuat 100 soal matematika beserta jawabanya. Lalu dia pun mengerjakan dengan sangat rapi bahkan sampai setengah buku tulis habis dipakai untuk mengerjakan tugas tersebut. Lalu saya paraf tugasnya dan saya buat catatan kecil di buku tersebut ” pekerjaan yang sangat bagus , saya suka, gunakan soal yang dibuat ini untuk menghafal saat soal ujian nasional”. Setelah berlalunya tugas tersebut, suatu ketika saya tidak membawa kendaraan lalu ketika akan memberhentikan angkutan kota, anak tersebut berhenti dengan sepedah motornya dan menyapa dengan sangat sopan lalu berkata “ ibu mau pulang kemana? Mau saya antar? “. Sebuah pengalaman yang membuat hati saya terenyuh seorang siswa yang terkenal dengan kenakalanya bisa berubah dengan sebuah pujian karena kita memanusiakan dia sebagai manusia dengan sebuah penghargaan berupa pujian.
Sebuah pengalaman lain masih siswa kelas 12 disebuah kelas yang terkenal dengan kenakalanya, seorang siswa selalu duduk dibelakang, tak pernah memperhatikan, selalu membuat ulah dikelas. Suatu saat saya coba dekati dan mencoba menerangkan secara personal kepada siswa tersebut ketika siswa lain mengerjakan latihan soal. Setelah saya menerangkan saya coba memberitahu satu soal dan membiarkan ia mengerjakannya lalu setelah saya liat kembali ternyata siswa itu bisa mengerjakan soal tersebut lalu saya berikan aplous kepada siswa tersebut berupa pujian tuk menyadarkan kepercayaan dirinya bahwa ternyata ketika kamu memperhatikan ternyata kamu bisa jadi selama ini dia tidak bodoh tapi hanya belum sadar bahwa dia bisa. Akhirnya semenjak kejadian itu ia mulai tersadar bahwa dia selama ini hanya malas saja. Lalu setiap pelajaran saya akhirnya ia selalu duduk di paling depan dan memperhatikan. Satu pelajaran yang didapat hari itu bahwa ketika kita bisa memanusiakan manusia dengan cara mendorong kepercayaan diri siswa maka siswapun akan mau berubah dan bisa membuat mind setnya dari tak bisa menjadi bisa.
Sebuah pengalaman lainnya, seorang siswa yang sudah tak naik kelas mengulang di tahun ajaran baru dengan sikap yang sama, selalu telat dan tak pernah mengerjakan tugas. Suatu hari saya coba dekati dan dan saya bimbing secara personal dan ternyata dia bisa. Akhirnya setiap pelajaran saya dia selalu duduk didepan dan selalu memperhatikan bahkan ketika telat pun ia lari-lari dari gerbang agar tidak ketinggalan pelajaran saya.
Mungkin beberapa pengalaman diatas bisa dijadikan acuan dalam mengajar bahwa dalam mengajar,unsur pujian, motivasi, empati perlu dimasukan. Memang tidak semua siswa bisa diperlakukan sama ada siswa yang perlu perlakuan keras baru mau berubah dan ada siswa harus dengan kelembutan baru berubah, tapi setidaknya siapa sich yang tak ingin diperlakukan seperti manusia seutuhnya. Dalam buku 13 jurus terlarang ipho santosa menyebutkan empati punya kekuatan tersendiri, maka perlulah kita mengajar dari hati memlalui pemberian empati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar